WELCOME TO MY BLOG

26 Juni 2009

Memaknai Kemenangan

Setiap manusia pasti menginginkan kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan. Ini merupakan fitrah dan tabiat yang melekat dalam diri setiap insan. Namun, bagaimana mempersepsikan kemenangan dan bagaimana cara untuk mendapatkannya, manusia terbagi dalam dua kelompok besar. Pertama, kelompok yang menakar dan mengukur kemenangan dengan angka-angka dan sesuatu yang bersifat lahiriah dan fisik, seperti banyaknya harta, tingginya kedudukan, banyaknya dukungan, serta aksesori duniawi lainnya. Inilah satu-satunya standar kemenangan dan kesuksesan bagi mereka yang hanya berorientasi dunia. “Mereka hanya mengetahuiyang lahir(saja) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.”(QS Arrum :7).
Karena orientasinya hanya tertuju pada dunia, kelompok ini tidak memedulikan cara untuk mendapatkan kemenangan. Apakah benar atau salah, halal atau haram, baik atau tidak. Yang penting kemenangan dapat dicapai. Ketika apa yang diinginkan tercapai, mereka menjadi lupa diri, lalu bertingkah seperti Qarun, Firaun, Namrud, dan yang sejenisnya. Sebaliknya, ketika gagal, mereka menjadi malu, stress, frustasi, depresi, dan tidak sedikit yang berujung pada bunuh diri. Inilah profil dari orang-orang yang mempersepsikan kemenangan dengan standar duniawi yang sempit dan fana.
Adapun kelompok kedua, mereka adalah kaum beriman yang orientasi hidupnya tertuju pada akhirat. Dunia bagi mereka hanya sarana untuk menggapai akhirat, karena itu standar kemenangan hakiki bagi mereka bukan dunia, tapi mendapat rida Allah SWT dan meraih surga-Nya. “Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan kedalam surga, sungguh ia telah menang. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS Ali Imran: 185). Lalu, ketika kemenangan diraih mereka bersyukur dan menampakan kegembiraan secara proporsional. Sebaliknya, ketika gagal mereka tidak stress dan frustasi.
Namun, mereka bersabar karena sadar bahwa seluruh amal dan karyanya tidak akan sia-sia . Sepanjang dilakukan untuk Allah SWT, ia akan membuahkan ganjaran di sisi-Nya. “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Semua urusannya merupakan kebaikan untuknya. Dan, itu hanya dimiliki orang beriman. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Sementara, jika mendapat keburukan ia bersabar dan itu baik baginya.” (HR Muslim).

0 komentar: